PelalawanPos.co-Di usia ke-26 tahun, Kabupaten Pelalawan berdiri di persimpangan penting antara masa lalu dan masa depan. Dua dekade lebih daerah ini bertumpu pada kekuatan sumber daya alam — terutama dari sektor kehutanan, perkebunan, dan industri pengolahannya. Tak bisa dipungkiri, sektor ini memberi kontribusi besar terhadap perekonomian daerah, namun juga menimbulkan ketergantungan tinggi pada komoditas primer.
Kini, tantangan Pelalawan adalah bagaimana keluar dari ketergantungan tersebut dan bertransformasi menuju ekonomi baru yang berbasis inovasi.
Pelalawan sebenarnya memiliki modal kuat untuk berubah. Selain letak geografis yang strategis, daerah ini memiliki generasi muda yang potensial — adaptif terhadap teknologi dan terbuka terhadap perubahan. Di tangan mereka, Pelalawan bisa membangun ekonomi yang lebih kreatif, mandiri, dan berkelanjutan.
Namun, untuk mewujudkannya, arah kebijakan pembangunan harus mulai bergeser: dari ekonomi berbasis komoditas menuju ekonomi berbasis nilai tambah.
Sektor-sektor baru seperti ekonomi digital, industri kreatif, dan ekowisata berbasis lingkungan mulai menunjukkan peluang nyata. UMKM lokal kini memiliki kesempatan menembus pasar nasional bahkan global melalui platform digital. Pemerintah daerah, BUMD, dan dunia usaha harus hadir menciptakan ekosistem ekonomi yang ramah terhadap inovasi.
BUMD, misalnya, perlu bertransformasi dari sekadar entitas bisnis menjadi motor penggerak ekonomi daerah. BUMD dapat menggandeng startup, mendukung pelaku usaha muda, hingga berinvestasi dalam ide-ide inovatif yang memiliki dampak ekonomi nyata. Dengan peran demikian, BUMD tidak hanya menyumbang pendapatan asli daerah, tetapi juga menjadi katalis pembangunan.
Kemandirian ekonomi lokal juga dapat diperkuat dengan memperpendek rantai pasok dan memperluas akses pasar bagi pelaku usaha kecil. Setiap kebijakan pembangunan sebaiknya memprioritaskan produk lokal dan pelaku usaha daerah. Semakin banyak uang yang berputar di dalam daerah, semakin kuat pula fondasi ekonominya.
Lebih jauh, Pelalawan harus menatap masa depan dengan visi ekonomi hijau. Pengelolaan sumber daya alam harus menyeimbangkan antara produktivitas dan kelestarian. Investasi yang masuk ke daerah ini hendaknya diarahkan pada sektor-sektor ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dengan kekayaan alam yang melimpah, arah pembangunan hijau bukan sekadar idealisme, tetapi kebutuhan ekonomi jangka panjang.
Generasi muda Pelalawan memiliki energi dan kapasitas besar untuk menjadi penggerak utama transformasi ekonomi tersebut. Mereka hanya membutuhkan ruang, akses, dan kepercayaan. Jika ruang itu dibuka, Pelalawan bukan hanya tumbuh secara ekonomi, tetapi juga berkembang sebagai daerah yang inovatif dan adaptif terhadap perubahan zaman.
Karena itu, perayaan Hari Jadi Kabupaten Pelalawan ke-26 tidak seharusnya berhenti pada seremoni dan nostalgia. Ia harus menjadi momentum reflektif — saat yang tepat untuk meninjau ulang arah kebijakan, pola pembangunan, dan peran generasi penerus.
Pertanyaannya kini: apakah kita akan terus berjalan di jalur lama yang bergantung pada komoditas, atau berani menempuh jalan baru yang lebih visioner?
Jawabannya ada pada keberanian untuk berubah — dari pola ekonomi yang eksploitatif menjadi ekonomi yang kreatif dan berkelanjutan.***
Oleh: Fazly Hermawan, S.AP — Tokoh Muda Pelalawan dan Pemerhati Ekonomi Daerah