Dari Desa Segati ke Panggung Dunia, Batik Cahayo Laut Jadi Simbol Kreativitas Pelalawan

Jumat, 17 Oktober 2025

Stand Batik Cahayo Laut di Helat Kabupaten Pelalawan ke 26 tahun.

PelalawanPos.co- Di tengah riuhnya Helat Pelalawan ke-26, ada satu stand yang menarik perhatian banyak pengunjung. Di balik deretan motif dan warna yang lembut berpadu harmoni, tampak sosok perempuan berhijab tersenyum ramah menyapa setiap tamu yang datang. Dialah Nor Anita Zuzilla, perancang sekaligus pemilik Batik Cahayo Laut, batik khas asal Desa Segati, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan.

Bagi sebagian orang, batik mungkin sekadar kain bermotif indah. Namun bagi Nor Anita, setiap helai batik adalah kisah kisah tentang laut, budaya, dan kehidupan masyarakat Segati yang penuh filosofi. “Saya ingin menghadirkan batik yang bukan hanya indah dipandang, tapi juga punya cerita tentang Pelalawan,” tuturnya lembut.

Nama Batik Cahayo Laut sendiri terinspirasi dari pantulan cahaya laut di sore hari, yang menurutnya menggambarkan keindahan, ketenangan, dan harapan baru. Dari tangan kreatif Nor Anita, motif-motif seperti ombak, karang, dan biota laut dipadukan dengan simbol-simbol lokal, menjadikannya berbeda dari batik pada umumnya.

Kecintaannya terhadap budaya dan ketekunan berinovasi membawa Batik Cahayo Laut menembus berbagai panggung besar. Karyanya pernah tampil di Fashion in Frame Week di Malaysia, Fashion Runway (FRW) Season 2 Riau, Asian Islamic Fashion & Art (AIFA) di Jakarta, hingga berhasil masuk tiga besar Anugerah Pesona Indonesia (API) Award 2025 kategori Cinderamata.

“Setiap kali tampil di luar daerah, saya selalu membawa nama Pelalawan. Saya ingin orang tahu, dari desa kecil seperti Segati pun bisa lahir karya besar,” ucapnya dengan bangga.

Namun, perjalanan itu tentu tidak mudah. Nor Anita mengaku sempat menghadapi keterbatasan modal dan kesulitan bahan pewarna alami. Meski begitu, semangatnya untuk menjaga warisan budaya daerah membuatnya terus bertahan. Ia bahkan melibatkan ibu-ibu rumah tangga di desanya untuk membantu proses membatik, sehingga Batik Cahayo Laut juga menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat sekitar.

Kini, Batik Cahayo Laut bukan hanya simbol kreativitas, tapi juga representasi semangat perempuan Pelalawan yang berani bermimpi besar. Melalui setiap goresan malam di kain putih, Nor Anita menuliskan harapan agar batik khas daerahnya semakin dikenal dan dicintai banyak orang.

“Cita-cita saya sederhana,” katanya menutup percakapan. “Saya ingin Batik Cahayo Laut terus hidup, menjadi kebanggaan Segati, Pelalawan, dan Indonesia.”tungkasnya.***