Menanti Harapan di Pundak Pemimpin Baru Pelalawan

Selasa, 27 April 2021

Erik Suhenra S.I.Kom ( Aktivis ).

OPINI-Perhelatan Pilkada serentak di Negeri Seiya Sekata akhirnya melahirkan sosok pemimpin baru. Sudah tentu, cita-cita dan harapan akan sebuah perubahan tergambar di benak masyarakat Kabupaten Pelalawan. Sehingga, ini menjadi sebuah tantangan atau stimulus bagi kepemimpinan yang baru.

Tentu kita membayangkan sosok pemimpin baru ini mempunyai alur visi dan misi yang cepat menanggapi permasalahan di Negeri ini. Sehingga percepatan perputaran perubahan ini harus dilakukan secara nyata dan mempunyai efek yang luar biasa untuk arah perbaikan.

Selama ini kami melihat 22 Tahun Negeri Seiya Sekata berdiri, melahirkan banyak peraturan dan konsep besar, yang tertuang di dalam RPJMD. Namun, belum banyak terealisasi dengan baik oleh pemerintahan terdahulu, sehingga meninggalkan noda besar yang harus diperbaiki oleh pemimpin saat ini.

Tentu, ketika berbicara sosok kepemimpinan, di dunia ini banyak memberikan contoh nyata akan sosok pemimpin. Salah satunya adalah di bawah asuhan Lee Kuan Yew. Singapura berkembang dari sebuah pulau kecil yang miskin sumberdaya hingga menjadi negara makmur.

Profesor Charles Schell dari Manchester Business School, Singapura, menyebutkan, bahwa kunci keberhasilan Lee adalah kepiawaiannya dalam mengelola Arms of Leadership. Yakni “kepanjangan tangan” sehingga memungkinkan pemimpin secara efektif menjalankan sebuah organisasi.

Tidak peduli sebagus apa pun pemimpinnya, tanpa adanya “arms” atau “lengan” kepemimpinan, organisasi tidak akan dapat berkembang secara sustainable. Ataupun contoh kepemimpinan yang setara yakni Walikota Surabaya, yang benar-benar merubah sistem pelayanan publik yang secara proses menyita banyak waktu di rubah sesingkat mungkin, sehingga menghasilkan pelayanan publik yang good government dan good governance.

Melihat hal tersebut, sudah tentu pemimpin baru yang dinahkodai H Zukri Misran sebagai Bupati dan Nasaruddin sebagai Wakil Bupati Pelalawan perlu membuat terobosan besar untuk menciptakan good government, good governance dan clean government untuk menyelesaikan permasalahan di Kabupaten Pelalawan ini.

Sehingga, proses kepemimpinan yang dipilih secara langsung dengan menggunakan uang yang tidak sedikit untuk terciptanya iklim demokrasi tidak sia-sia, karena itu menggunakan uang rakyat.

Agar proses tersebut bisa berjalan dengan baik, artinya itu juga harus dipikirkan secara matang oleh pemimpin baru, agar secara cepat dan berhati-hati membuat planning untuk pembaharuan di Kabupaten Pelalawan.

Sudah tentu perbaikan yang perlu dilakukan adalah dipilihnya para aparatur birokrasi yang siap bekerja. Karena berdasarkan hasil evaluasi banyak pimpinan SKPD yang dinilai tidak cakap untuk membantu eksekutif dalam meyelesaikan permasalahan di Kabupaten Pelalawan ini. Seperti halnya kesehatan, dinilai tidak berhasil dalam mengimplementasikan kota sehat, karena di tahun 2019 hingga 2020 lalu masih ditemukannya beberapa balita teridikasi kekurangan gizi.

Dengan adanya seperti demikian terlihat cerminan pemerintah tidak cakap mengurusi masalah kesehatan dasar sehingga masih di temukan berbagai kasus gizi buruk menimpa balita di Kabupaten Pelalawan.

Ataupun permasalahan infrastruktur yang masih menjadi tanda tanya besar. Bila melihat beberapa contoh yang ada bagaimana Kabupaten Pelalawan saat ini dijuluki kota layak anak ataupun pengembangan kota menuju smart city akan terasa hambar, bila komponen dasar yang perlu diperbaiki belum sepenuhnya berhasil dilakukan.

Sehingga perlakuan yang tepat dilakukan oleh pemerintahan yang baru dalam pemerintahan, yaitu memperbaiki sistem lelang jabatan.

Secara garis besar, Pemkab Pelalawan yang baru harus memilih pejabat di tataran SKPD  yang memiliki visi, misi dan alur perbaikan secara kongkrit dan sustainable. Poin ini yang menjadi penting, karena kepala SKPD akan benar-benar berpikir keras untuk selalu membuat inovasi-inovasi. Tentunya jika pemimpin tidak memiliki frekuensi yang sama dalam hal perbaikan, akan sia-sia juga.

Arah perbaikan selanjutnya yang perlu ditindaklanjuti secara serius adalah dengan desain Kabupaten Pelalawan. Mengapa demikian?

Kabupaten yang dibentuk sebagai kabupaten industri, tentu saja iklim investasi dan pemerataan ekonomi kerakyatan harus disegerakan. Melihat kondisi APBD yang terus menurun dengan anggaran tahun lalu hanya sebesar Rp 1, 53 Triliun.

Melihat besaran angka tersebut, sungguh tidak mungkin pemerataan pembangunan akan berjalan dengan optimal. Karena pemerintah tidak kreatif dalam menggali potensi apa yang dimiliki Kabupaten Pelalawan. Dengan pembuatan perda RTRW, seharusnya pemkab dapat melihat dengan jeli potensi apa yang digali untuk peningkatan pendapatan daerah, dan menarik investor untuk bermitra dengan pemerintah kabupaten.

Langkahnya, yakni dengan cara membuat aturan baku yang jelas kebutuhan apa yang memang dapat ditarik potensinya tanpa merusak zona wilayah yang di buat oleh Pemkab yang tertuang dalam RTRW.

Pemimpin yang baru harus juga berpikir mendatangkan investor sesuai dengan kebutuhan Kabupaten Pelalawan. Melainkan juga menata perekonomian kerkayatan dalam hal ini UKM masyarakat lebih diperhatikan kembali. Karena hal tersebut akan berdampak pada peningkatan lapangan kerja dan mengurangi jumlah pengangguran yang ada di Kabupaten Pelalawan.

Tentu saja untuk memecahkan permasalahan yang ada di Kabupaten Pelalawan ini, sifat kepemimpinan yang kreatif dan harus memiliki mental kepemimpinan pekerja (work leader). Seorang petarung yang tidak sekadar duduk di meja, tetapi memimpin dengan aksi yang memimpin dengan bekerja.

Dalam kaitan itu, analisis John H. Zenger dan Joseph Folkman menyimpulkan, kompetensi kepemimpinan unggul dikelompokkan dalam lima klaster: (1) karakter, (2) kemampuan personal, (3) keahlian interpersonal, (4) fokus pada hasil, dan (5) memimpin perubahan organisasi. Lima kompetensi tersebut berfungsi sebagai tiang penyangga dan pengungkit kepemimpinan ke level lebih tinggi yang unggul. Dari kelima klaster terebut, karakter menjadi titik poin utama sementara yang lainnya adalah komponen pendukung.

Artinya, di kepemimpinan yang baru sekarang, harus menumbuhkan sifat pekerja keras, yang jauh berbeda dengan pemimpin sebelumnya. Sudah tentu jika hal itu dapat dilakukan, pencapaian-pencapaian pembangunan di Kabupaten Pelalawan ini akan berjalan dengan baik.

Bila kemudian hari pemimpin yang sudah terpilih tidak mampu mengemban amanah dengan baik, artinya harapan yang diemban kepada pasangan terpilih ini sangat besar. Namun yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, apakah pemimpin yang terpilih saat ini akan mengulangi kesalahan yang sama atau tidak, sehingga kita sangat menunggu aksi nyata yang dilakukan oleh pemimpin baru di Negeri Seiya Sekata ini.***